Senin, 04 April 2011

Pelatihan Jurnalistik Santri Membuka Cakrawala Pemikiran

Selasa, 5 April 2011 M / 1 Jumadil Awwal 1432 H - Jam 13:35 WIB
 
      Bogor, (ANTARA) - Pendidikan dan pelatihan jurnalistik bagi santri dapat menambah wawasan dan membuka cakrawala pemikiran, kata ustadz Baejuri, penggagas kegiatan itu di Pondok Pesantren Daarul Rahman Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
     "Santri perlu memahami dunia media massa dengan baik, agar mampu mengikuti perubahan zaman," katanya saat ditemui di Pesantren Daarul Rahman, yang terletak di Kampung Jambu, Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
     Ponpes tersebut, menggagas pelatihan jurnalistik dengan melibatkan 200 santri, menghadirkan dua narasumber, yakni Ahmad Fahir, M.Sidari lembaga konsultan media Universal Communication Agency, dan Dadan Sutaryana, SH, redaktur Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP-RRI) pusat.
     Baejuri berharap, pendidikan dan pelatihan jurnalistik di pesantren yang dirintis tokoh NU Prof KH Syukron Makmun tersebut membawa implikasi positif dalam menumbuhkan minat menulis santri.
     "Kami berharap santri Daarul Rahman menekuni minat menulis. Keterampilan menulis akan sangat bermanfaat sebagai bekal terjun di tengah masyarakat," katanya.
     Sementara itu, Ahmad Fahir yang menyampaikan materi dengan tema "Mengenal Dunia Jurnalistik" mengemukakan, santri perlu mengkaji ilmu dasar jurnalistik dengan baik.
     "Alumni pesantren perlu melirik media massa sebagai salah satu ladang dalam mengembangkan misi dakwahnya," katanya.
     Dikatakannya, pada zaman sosial media seperti sekarang, semua orang tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh media dan teknologi informasi. Karena itu, santri perlu memahami dunia media, agar mampu ikut berpartisipasi dalam memberikan warna media massa.
     "Dunia sekarang telah berubah layaknya desa kecil. Pesantren perlu mengikuti dan merespons berbagai tanda perubahan zaman dengan menyiapkan kader-kadernya ikut mewarnai dunia jurnalistik," kata lulusan magister komunikasi pembangunan Instutut Pertanian Bogor (IPB) itu.
     Sedangkan Dadan Sutaryana, ketika menyampaikan materi bertema "Memahami Jurnalistik Radio dan Broadcasting" mengatakan, santri perlu memahami dunia jurnalistik, karena tuntutan perubahan zaman.
     "Media merupakan salah satu pilar demokrasi pada sebuah negara. Media memainkan peran penting dalam perubahan. Kalangan pesantren perlu memahami dunia media, agar bisa berkolaborasi dengan berbagai komunitas lain dalam menentukan arah perubahan masyarakat," tegasnya.
     Ia menambahkan, kegiatan tersebut memiliki manfaat besar bagi santri.
     "Melalui pelatihan wawasan jurnalistik, santri akan lebih melek terhadap dunia media. Implikasinya, wawasan santri semakin terbuka dan ia akan lebih peka dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, sesuai kodrat pesantren sebagai motor utama perubahan sosial," katanya. (*)

 Sumber: ANTARA (www.antaranews.com)

Minggu, 03 April 2011

Praktisi: Santri Perlu Merambah Dunia Jurnalistik

Senin, 4 April 2011 09:15
Bogor, NU Online

     
Ratusan santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, ditatar wawasan jurnalistik dan dunia media massa, Ahad (3/4).
      "Pendidikan dan pelatihan jurnalistik bagi santri sebagai upaya menambah wawasan. Santri perlu memahami dunia media massa dengan baik, agar mampu mengikuti perubahan zaman," kata Ustadz Baejuri, penggagas kegiatan kepada NU Online di Bogor, Senin.
      Penataran wawasan jurnalistik menghadirkan dua nara sumber, yakni Ahmad Fahir, M.Si, direktur lembaga konsultan media Universal Communication Agency, dan Dadan Sutaryana, SH, redaktur LPP RRI Pusat.
      Ustadz Jaki, koordinator bidang perpustakaan dan publikasi Pesantren Daarul Rahman menambahkan, penataran jurnalistik di pesantren yang dirintis tokoh NU, Prof KH Syukron Makmun tersebut diharapkan dapat membawa implikasi positif dalam menumbuhkan minat menulis santri.
      "Kami berharap santri Daarul Rahman menekuni minat menulis. Keterampilan menulis akan sangat bermanfaat sebagai bekal terjun di tengah masyarakat," paparnnya.
      Ahmad Fahir yang menyampaikan materi dengan tema "Mengenal Dunia Jurnalistik" mengemukakan, santri perlu mengkaji jurnalistik dengan baik. "Alumni pesantren perlu melirik media massa sebagai salah satu ladang dalam mengembangkan misi dakwahnya," kata Fahir.
      Dikatakannya, pada zaman sosial media seperti sekarang, semua orang tiak bisa melepaskan diri dari pengaruh media dan teknologi informasi. Karena itu, santri perlu memahami dunia media, agar bias berpartisipasi dalam memberikan warna media massa.
      "Dunia sekarang telah berubah menjadi global village atau layaknya desa kecil. Pesantren perlu mengikuti dan merespons berbagai tanda perubahan zaman dengan menyiapkan kader-kadernya ikut mewarnai dunia jurnalistik," terang pria yang menamatkan studi magister komunikasi pembangunan IPB.
      Dadan Sutaryana yang memaparkan materi bertema "Memahami Jurnalistik Radio dan Broadcasting" mengungkapkan, santri perlu memahami dunia jurnalistik, karena tuntutan perubahan zaman.
      "Media merupakan salah satu pilar demokrasi pada sebuah negara. Media memainkan peran penting dalam perubahan. Kalangan pesantren perlu memahami dunia media, agar bisa brkolabotasi dengan berbagai komunitas lain dalam menentukan arah perubahan masyarakat," tegasnya.
      Dadan menamahkan, kegiatan tersebut memiliki manfaat besar bagi santri. "Melalui penataran wawasan jurnalistik, santri akan lebih melek terhadap dunia media.”
      “Implikasi penataran jurnalistik, wawasan santri semakin terbuka dan ia akan lebih peka dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, sesuai kodrat pesantren sebagai motor utama perubahan sosoal," demikian Dadan Sutaryana. (hir)

Jumat, 01 April 2011

FORKAPI: Komunikasi Berperan Penting dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat


Bogor, 2 April 2011


Penyimpangan-penyimpangan dalam berkomunikasi sering terjadi baik dalam kegiatan penelitian maupun ketika penyuluhan.  Proses difusi inovasi di tingkat petani tak jarang mengalami keterlambatan penerapan. Hal ini dikarenakan komunikasi dan informasi pertanian dan pedesaan sangat sulit menembus realitas kehidupan.Hal ini yang melatarbelakangi FORKAPI (Forum Komunikasi Pembangunan Pertanian) IPB untuk terus peduli dalam mendukung terlaksananya komunikasi pembangunan dalam perspektif pengembangan masyarakat.
Demikian yang dikatakan Ketua FORKAPI, Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis  dalam sambutannya di acara Seminar Nasional Komunikasi Pembangunan Mendukung Peningkatan Kualitas SDM dalam Kerangka Pengembangan Masyarakat di IPB International Convention Center.Bogor(19/11).
Direktur Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, Prof. Hapsoro Triutomo Suryo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini masyarakat tidak memahami aspek komunikasi pembangunan Indonesia. Untuk itu harapannya seminar ini akan memberikan masukan-masukan yang positif dalam model pembangunan nasional.
Ditandaskan juga oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Yonny Koesmaryono, bahwa Masyarakat harus dapat mengambil manfaat dari 30 jurnal ilmiah yang diseminarkan saat ini, tidak sebatas terbit di jurnal terakreditasi, ujarnya.
Menjawab hal tersebut Prof. Bachtiar Ali, Guru Besar Fisip Universitas Indonesia dalam presentasinya  yang berjudul  Pendekatan Komunikasi Politik dengan Mengoptimalkan Fungsi Media dan Peran Elit Kepemimpinan dalam Pembangunan menyampaikan pentingnya potensi media massa dalam komunikasi pembangunan. Menurutnya tidak boleh diabaikan kiprah media massa dalam komunikasi pembangunan. Elit juga harus bisa mendesain publik opini untuk membela rakyat kecil di semua lini dan jaringan harus diperluas. Harus ada informasi networking, kemanapun dan bagaimana elit berkomunikasi, bagaimana memanfaatkan potensi media massa,ujarnya.
Prof. Syafri Mangkuprawira dalam presentasinya yang berjudul Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan. menandaskan pentingnya pencapaian pengembangan masyarakat adalah modal sosial dan kepercayaan.
Sementara itu menurut Prof. Kudang Boro Seminar, Pendayagunaan Teknologi Informasi harus direspon secara cerdas dan bijak dalam pemanfaatannya dan terkait peranan pengambil kebijakan dalam pengembangan masyarakat.
Sementara itu Prof. Musa Hubeis menyampaikan hal itu tidak terlepas dari visi dan misi dari pengambil kebijakan itu sendiri. (*)

Sumber: IPB Online (http://www.ipb.ac.id)

Kenapa PR Semakin Penting?

PUBLIC RELATIONS
SHUTTERSTOCK Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Perkembangan public relations (PR) di Indonesia saat ini sangat menggembirakan. PR semakin dianggap sebagai elemen penting, khususnya dalam usaha menarik perhatian simpatisan ataupun sebagai pelengkap dunia advertising yang juga semakin maju pesat.
Komunikasi saat ini ada di tangan PR, yaitu bagaimana kita mampu membangun percakapan melalui sosial media.
-- Indira Abidin
Hal tersebut dikatakan Indira Abidin, Managing Director PR Fortune, pada seminar bertema "Creativity in the PR World", Jumat (25/3/2011) malam di Jakarta. Menurut dia, pesatnya perkembangan PR dikarenakan perkembangan media saat ini semakin banyak dan fragmentes atau bervariasi.
Advertising, misalnya, kata Indira, yang sebelumnya menjadi salah satu modal utama komunikasi dan pemasaran, saat ini menjadi semakin mahal. Selain itu, besarnya tuntutan menjadikan semuanya semakin kompetitif dan memaksa adanya model komunikasi lain, yaitu PR yang kini semakin dinamis.
Saat ini, perusahaan atau pemerintah tidak hanya berkomunikasi melalui media tradisional. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang sangat memengaruhi efektivitas seorang PR.
"Komunikasi saat ini ada di tangan PR, yaitu bagaimana kita mampu membangun percakapan melalui sosial media," kata Indira.
Ia menilai, konsumen kini juga kian cerdas dan semakin ingin tahu sebelum memilih sebuah produk ataupun jasa. Untuk itulah, faktor trust menjadi sangat penting pada bisnis PR.
"Dunia semakin kompetitif dan dinamis, maka yang terpenting adalah membangun kepercayaan, pemahaman, dan kedekatan. Hal-hal inilah yang tak bisa dilakukan oleh advertising karena PR membangun percakapan dan diskusi, sedangkan advertising itu sifatnya one way," katanya.
Saat ini, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya PR semakin meningkat. Hal itu dirasakan para praktisi PR terutama sejak era reformasi karena pertumbuhan media dan sosial media juga semakin banyak.
Meskipun begitu, lanjut Indira, tak ada satu pun praktisi atau pakar PR yang menilai dirinya sudah hebat dalam dunia PR. PR akan terus berkembang dengan cepat.
"Berkembang terus dan cepat, bahkan lebih cepat daripada buku PR itu sendiri," ungkapnya.

Rabu, 30 Maret 2011

Sudahkah Para Pejabat "Melek" Humas?

Kompas, Selasa, 11 Agustus 2009 | 15:53 WIB

Ilustrasi: Pelatihan "melek" Humas ini diberikan kepada pejabat agar pesan-pesan pembangunan yang disampaikan pemerintah sampai ke rakyat dan dapat dipahami dengan baik oleh rakyat.

BOGOR, KOMPAS.com — Agar para pejabat pemerintah "melek" terhadap bidang kehumasan, sejumlah pakar komunikasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan pelatihan mengenai bidang hubungan masyarakat (humas) di Jakarta.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari sejak Senin (10/8) itu melibatkan para pemangku kepentingan dan pejabat negara sebagai sasarannya. Dengan demikian, mereka dapat menyampaikan pesannya secara efektif sehingga berbagai misi pembangunan yang digagas akan tepat sasaran.
Guru Besar Komunikasi Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Pembangunan (FORKAPI) Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis menjelaskan, pelatihan ini digagas sebagai partisipasi IPB dalam meningkatkan kualitas komunikasi para pemangku kepentingan nasional.
"Penting untuk memahami komunikasi dengan baik dan benar, sebuah message yang disampaikan akan efektif bila dikemas dan dikomunikasikan secara efektif," kata Aida.
Mengambil tema "Mengemas dan Mengomunikasikan Informasi secara Efektif dan Kompetitif", sejumlah pakar dan praktisi komunikasi dari kampus pertanian terbaik se-ASEAN ini dihadirkan sebagai pembawa materi. Selain Aida, pemateri lain yang tampil, seperti Prof Dr Musa Hubeis MS, Dr Ir Amiruddin Saleh MS, Jufri Alkatiri (SCTV) dan Ahmad Fahir SAg, MSi (LKBN ANTARA), Prof Dr Syafri Mangkuprawira MS, Dr Makmun Sarma MS, Ir Wasidi Swastomo, MS, serta Ir Kuswiati MSc.
Menurut Aida, pelatihan ini mengetengahkan berbagai tema aktual seputar dunia public relation/humas, antara lain prinsip-prinsip dasar komunikasi, prinsip public relation, prinsip dasar membangun komunikasi dengan insan pers, membuat naskah humas, public speaking, serta membangun hubungan dengan kelompok pemangku kepentingan. Peserta pelatihan ini berjumlah 15 orang, yang semuanya berasal dari berbagai instansi pemerintah pusat.
"Sengaja kami batasi agar efektif. Mengenai pelibatan pejabat sebagai peserta merupakan komitmen kami agar pesan-pesan pembangunan yang disampaikan pemerintah sampai ke rakyat dan dapat dipahami dengan baik," katanya.
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by
Sumber :
Antara